About Me

My Photo
Fitri Nusya
a sanguine girl. an art, cat, and culinary enthusiast.
View my complete profile

Followers

PITRINUSYA2011. Powered by Blogger.
Sunday, February 27, 2011

postheadericon Baca dan Nulis

Aku cinta menulis, selayaknya aku mencintai buku.
Buku adalah jendelaku dalam arti sebenarnya dan segala-galanya. Mengintip segala sesuatu dari ketidak-terhinggaan alam semesta ini lewat berbagai macam kepala orang-orang. Meneropong berbagai fenomena dalam bermacam sudut pandang. Apa yang dipikirkan seorang autis tentang kepergian Neil Armstrong ke bulan? Apa kata kata penyesalan yang ingin dikatakan seorang pembuat virus terkejam di dunia?
Aku bisa berkelana ke rawa-rawa penuh hipotesa yang rumit, atau ke padang rumput fakta yang lebih menjanjikan. Berkelana, kadang tersandung suatu konspirasi yang dibuat oleh kelompok/individu yang keji. Kadang melambung tinggi ke langit saat membayangkan fantasi-fantasi C.S Lewis, Lemony Snicket, atau JK Rowling. Lebih sering terpekur di padang yang sunyi dan tenang saat membalik lembaran-lembaran Al Qur’an. Tak perlu aku beranjak, aku bisa kemana saja dengan tetap di kursiku.
Dulu, sebelum terlelap ibuku kerap membacakan cerita dari buku Ba’da Isya. Hmm, ingat deh dulu aku punya sampai jilid 5. Cerita didalamnya bagiku sungguh memukau, dalam imajinasi otak kanan kecilku terbayang Rasulullah SAW yang berlaga penuh cahaya memimpin perang; Fathimah binti Muhammad si cantik nan shalihah yang sabar dan tawakkal; dan kisah lainnya yang penuh hikmah dan himmah.
Aku menyukai buku itu, dan meminta ibuku untuk membacakannya setiap malam. bahkan hingga 2-3 cerita. Sampai serak ia, namun aku tak juga puas. ingin mereguk lebih dalam, menyelami lebih dasar, dan terus merengek untuk dibacakan, walaupun cerita itu sudah dibacakan berulang kali.
“Ibu capek nak, kalo kamu mau tau ceritanya, mending kamu baca sendiri..” tukas ibu suatu kali.
Ha, kesal rupanya.
Baiklah, aku coba. Saat itu, umurku masih 4 tahun, baru saja masuk TK nol kecil. Dikelas, kami biasa menempel gambar, menggunting, menyusun puzzle, memanjati perosotan, memberi makan burung, dan bernyanyi bersama. Seingatku belum ada pelajaran membaca saat itu. Pulang ke rumah, ibuku biasa duduk dihadapanku, diantara kami ada selembar kertas dan pensil, lalu ibu menulis berbagai macam huruf sambil menyebutkan bunyinya. Setiap hari begitu, seringkali diwarnai tangis putus asaku dan gemasnya ibuku.
Benar benar frustasi. aku benar benar ingat, aku selalu tak bisa membedakan yang mana huruf B dan P. Wah, tak terhitung deh cubitan cubitan kecil yang dilancarkan ibu ketika itu. Aku benar benar berusaha untuk bisa membaca, aku selalu ingin mengetahui apa yang orang orang pikirkan atau cerita cerita yang diturunkan. Sebulan, dua bulan, akhirnya mata lidahku mulai akrab dengan huruf-huruf. Setiap sore dan malam, dari rumahku pasti terdengar suaraku yang lantang saat membaca. Memang dulu aku belum bisa membaca dalam hati, maklum anak umur 4 tahun..
Ketika saatnya naik ke kelas B di taman kanak kanak, aku sudah lancar membaca, dan lumayan bisa menulis walaupun kadang ejaannya masih salah. Sementara, jaman itu pelajaran membaca baru diajarkan intensif saat kelas B. Maka, ayahku berinisiatif untuk langsung memasukkanku ke sekolah dasar, jadi aku kelas 1 esde tepat saat umurku 5 tahun. Itulah mengapa aku termuda dikalangan teman teman seangkatan.
Di kelas 1, aku tak kesulitan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Hanya terhambat sedikit ketika belajar menulis sambung karena sulit luar biasa; tanganku tak lentur sehingga tulisannya kaku dan patah-patah. Ibuku pun kembali turun tangan; setiap pulang sekolah, kami duduk bersisian dihadapan meja lipat. Tangan ibuku menggenggam tanganku yang menopang pensil. Dilenturkannya tanganku, meliuk mengikuti contoh dan perlahan aku mencoba sendiri. Cukup lama juga, kurang lebih 2 minggu baru aku lancar menulis elok. Bukan main bangganya aku saat itu. Keren kan!
Merasa bisa, aku pun semakin sering menulis. semakin lama tulisanku semakin baik dan semakin bisa dibaca (walaupun dengan angle tertentu :):) ). Buku tulis pelajaranku tak luput dari aksi coret coretku, sampai ketika itu Bu Guru komplain karena bagian belakang buku tulisku penuh coretan dan gambar gambar. Akhirnya, ibu membelikanku buku diary, ingat deh waktu itu warnanya pink-biru muda dan bersampul Barbie. Dan, sejak itulah aku menulis.
Aku tak pernah bisa dipisahkan dari kertas dan pensil. Ketika sedang liburang dirumah nenek, aku pernah menangis sejadi-jadinya karena tak ada kertas dan pensil. Akhirnya kakekku memberikan buku kas tua yang sudah usang. Tak jadi masalah, pikirku. masih banyak tempat kosong dibelakang.
Sejak itu, aku menulis dimana saja. Cerpen cerpen ku pun muncul satu persatu. Sayang sekali bundelannya hilang. Padahal bagiku itu adalah cetak biru dan prasasti tak terharga..
Sampai sekarang aku masih mencintai menulis, dan tentu saja buku. Aku masih mencintai buku, itu sebabnya aku menulis :)
Memento Mori.

postheadericon Baru, baru

In The Name Of Allah :)


Ini blog entah yang keberapa.
Blog terakhir sebelum yang ini, bernasib sama dengan blog2 yang pernah dibuat sebelumnya: lupa password.
Yah, berharap blog yang ini langgeng, sakinah mawaddah wa rohmah. Amin.
Isinya juga postingan dari blog kemaren2..


Kalo di internet kan data2nya gak akan ilang insya Allah, soalnya ni komputer ababil banget, dikit-dikit terkapar di tukang service.


Nama-nama tokoh yang berada di blog ini adalah fiktif. Jika ada kesamaan, hubungi kantor pos segera :)


Thanks buat mimi, bibi, Jero, Jejen, Jengjeng, Jenior :*